Home / Konflik / Thailand–Kamboja Masih Bertempur, Tetapi di Dunia Maya

Thailand–Kamboja Masih Bertempur, Tetapi di Dunia Maya

FAM68 Konflik antara kamboja dan thailand

Pertarungan Digital di Balik Gencatan Senjata

FAM68 – Konflik Thailand Kamboja tidak berhenti ketika senjata diredam. Setelah gencatan senjata diumumkan, kedua negara justru memindahkan persaingan ke dunia maya. Pemerintah, media, dan pendukung masing-masing berlomba melancarkan narasi demi memenangkan simpati global sekaligus menjaga dukungan domestik.

Dengan begitu, perang ini tidak lagi sekadar adu senjata, melainkan juga adu pengaruh di media sosial.


Media Sosial Menjadi Arena Baru

Kamboja bergerak cepat dengan menyebarkan berita yang menuduh Thailand sebagai pihak agresif. Mereka mengunggah foto, video, dan narasi yang mudah viral. Sementara itu, Thailand mencoba melawan dengan data resmi. Namun, karena respons datang terlambat, banyak warganya merasa kurang yakin terhadap pemerintah.

Akibatnya, narasi Kamboja lebih dulu menguasai percakapan publik.


Politik Domestik Memperkeruh Konflik

Selain faktor media, kondisi politik Thailand ikut memperburuk keadaan. Hubungan pemerintah dan militer yang tidak harmonis menyebabkan pesan resmi tidak konsisten. Di sisi lain, Kamboja tampil lebih solid karena Hun Sen tetap memegang kendali meski kekuasaan telah ia wariskan kepada putranya, Hun Manet.

Akibat situasi ini, konflik perbatasan berubah menjadi ajang perebutan legitimasi politik, bukan sekadar persoalan wilayah.


Perbatasan Sebagai Simbol Identitas Nasional

Bagi rakyat Thailand dan Kamboja, perbatasan bukan hanya garis di peta. Mereka menganggap wilayah tersebut sebagai simbol harga diri bangsa. Karena itu, setiap tuduhan—mulai dari pemasangan ranjau hingga penembakan artileri—langsung dipandang sebagai serangan terhadap martabat nasional.

Dengan demikian, negosiasi damai menjadi semakin sulit tercapai.


Dampak Regional dan Internasional

Konflik Thailand Kamboja tidak hanya mengganggu dua negara, tetapi juga memengaruhi kawasan Asia Tenggara. Investor regional mulai khawatir, sementara ASEAN harus menimbang langkah diplomasi agar konflik tidak kembali memanas di perbatasan.

Terlebih lagi, bila pertarungan narasi di dunia maya terus berlanjut, bukan tidak mungkin ketegangan digital ini berubah lagi menjadi bentrokan nyata.


Kesimpulan

Konflik Thailand Kamboja kini bergeser dari medan perang ke dunia maya. Kedua negara memanfaatkan media sosial untuk membentuk opini publik, memperkuat posisi politik, dan menekan lawan.

Pada akhirnya, selama identitas nasional dan kepentingan politik masih dipertaruhkan, pertarungan digital ini akan tetap berlangsung dan berpotensi menyalakan kembali konflik di lapangan.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *